Minggu, 18 Januari 2009

Gubernur Baru

GUBERNUR BARU KITA
Oleh: Rusli Rachman, anggota DPD RI asal Babel
Setelah bertarung sengit secara terbuka selama dua minggu dalam apa yang disebut masa kampanye, serta pertarungan tertutup beberapa masa sebelum masa kampanye, dan ditambah lagi seminggu setelah masa kampanye yang disebut dengan masa tenang, bahkan hingga saat-saat menjelang pagi dihari pencoblosan, sore hari tanggal 22 Pebruari itu Quick Count LSI telah mengumumkan hasil sementara bagi kemenangan Kandidat nomor 4, yaitu Eko Maulana Ali dan pasangannya Syamsudin Basari dengan capaian 35 koma sekian persen, sedangkan pesaing ketatnya Basuki TP (Ahok) berpasangan dengan Eko Cahyono mendapat 33 koma sekian persen. Kita bersyukur kepada Allah bahwa pilkada yang gegap gempita itu berlangsung mulus, jauh dari tindakan kekerasan fisik, suatu contoh bagus bagi generasi mendatang memasuki pilkada kedua, ketiga dan seterusnya di Bumi Serumpun Sebalai ini.

Sepanjang siang hari tanggal 22 itu dari pukul 08.00 saat dibukanya TPS masing-masing hingga siang saat pencoblosan berakhir, dilanjutkan makan siang Panitia, kemudian memasuki saat-saat mendebarkan, yaitu penghitungan perolehan suara di TPS, “Tim Pemenang” masing Kandidat terus melakukan pemantauan, terus bergerak dan sebentar-sebentar mengangkat telepon genggamnya. Yang paling berdebar tentu saja sang kandidat sendiri dengan kadarnya masing-masing. Ada yang karena sudah tahu pasti akan kalah malah bersikap masabodo, bahkan hanya satu-dua TPS yang ada saksi dari yang bersangkutan. Dari awal semua pengamat telah melihat bahwa hanya akan ada dua saja Kandidat yang akan bersaing ketat, yaitu nomor empat dan lima. Tetapi manuver Kandidat nomor 3 membuat kalkulasi dan peta kekuatan kemudian segera bergeser beberapa hari menjelang masa kampanye, dan dipastikan pergeseran itu setelah memasuki masa kampanye, masa tenang, hingga menjelang pencoblosan kartu suara dan pengitungan suara di TPS.

Tanggal 22 pagi sekitar pukul 09.00 ketika saya sedang senam ringan di depan rumah mobil Kandidat nomor lima lewat, berhenti karena melihat saya, kami bersalaman dan ngobrol sekenanya. Yang saya masih ingat kata-kata pasrahnya:” Dak pacak ngapelah, kite liat baelah”. Saya menangkap nuansa pesimisme dari wajah dan bicaranya, dan benar ketika bakdal zuhur saya iseng keliling Pangkalpinang, terutama kawasan pinggiran, yang saya dapati dan perkirakan, telah menjadi kenyataan. Dimana-mana suara untuk Kandidat nomor tiga menguasai papan telling, bahkan di TPS-TPS dalam kota pada sentra-sentra tak terperkirakan kemenangan Kandidat nomor tiga tak tertahankan.

Gambaran luar Pangkalpinang di pulau Bangka juga terjadi pertarungan sengit pengumpulan suara, tetapi kandidat incumbent makin tercecer. Bangka Selatan dan Tengah yang semula dipastikan akan menjadi penentu kemenangan bagi Kandidat nomor lima, ternyata menjadi santapan empuk Kandidat nomor empat. Unbelivable, meminjam kata-kata salah seorang operator lapangannya. Kekalahan sudah dipelupuk mata, apalagi ketika hasil penghitungan suara pulau Belitung diumumkan dengan kemenangan mutlak Kandidat nomor tiga. Kembali kata unbelivable bisa kita pakai untuk menggambarkan spektakulernya manuver tim kampanye Kandidat nomor tiga. Siapapun tahu kalau pulau Belitung seharusnya dikuasai oleh Kandidat nomor empat karena ini adalah pulaunya Yusril Ihza Mahendra, pulaunya PBB, partai yang mengusung Kandidat nomor empat. Tapi seperti pernah saya ungkapkan dalam tulisan saya sebelumnya, bahwa partai tak lagi signifikan memenangkan calonnya dalam suatu pemilihan langsung. Inilah yang ditakutkan oleh DPR yang sepenuhnya bermuatan partai-partai, untuk mengubah UU Pemilu yang dapat membenarkan adanya Kandidat independen.

Penghitungan suara hingga sore tinggal kejar-kejaran antara Kandidat nomor tiga dan nomor empat, sedangkan Kandidat nomor lima telah tak diperhitungkan lagi. Stress menghantui kedua kandidat, karena ini adalah pertaruhan harga diri dengan segala ikutannya, disamping tentu saja uang yang sudah sangat banyak keluar. Tetapi seperti diatas dikemukakan, akhirnya persaingan ketat itu dimenangkan oleh Kandidat nomor empat dengan selisih tak berapa signifikan, kurang lebih 3 %. Kalaulah sekiranya kandidat nomor lima terlibat dalam persaingan ketat ini pastilah kandidat nomor tiga yang akan memenangkan pilkada ini, bukan mustahil dengan selisih kemenangan yang signifikan. Sayangnya kandidat kelima ini hanya mampu bertahan di 22% lalu berhenti. Cobalah sekarang jumlahkan capaian kandidat keempat + kelima, hanya k/l 57%. Rata-ratanya hanya 28,5 %, jauh bukan dibandingkan dengan 33% capaian kandidat nomor tiga? Saya kira tak salahnya Ahok sebagai Kandidat nomor tiga, tahun 2012 nanti maju lagi mencoba peruntungan, umurnya waktu itu masih 40an tahun, young enough ! Kalau yang sudah nyaris dapat dipastikan menangnya adalah menjadi Walikota tahun 2008 nanti, tentu saja bila pesaingnya lebih dari seorang Zulkarnain Karim. Atau menjadi Bupati Belitung bila pesaingnya lebih dari seorang Dharmansyah Husin.

Tanggal 22 April nanti insyaAllah Eko Maulana Ali akan dilantik menjadi Gubernur baru Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Gubernur kedua sesudah Hudarni Rani. Kita ucapkan selamat kepada Eko Maulana Ali atas kemenangan ini dan selamat untuk lima tahun kedepan memimpin Provinsi ini. Kalau Eko Maulana Ali berjiwa besar dia tidak akan melakukan “sapu bersih” para Birokrat yang terindikasi dekat dengan Gubernur lama yang ada di kantor Gubernur. Soalnya mental Birokrat memang begitu dimana-mana, selalu ingin bersikap “dekat” dengan atasannya. Pemimpin yang berjiwa besar adalah pemimpin yang mampu meminimal “lawan”, bahkan sejauh mungkin membuat lawan menjadi kawan. Pelajari kesalahan-kesalahan para pendahulu anda dan jangan ulangi kebodohan yang tidak perlu itu, sekadar memuaskan emosi kemarahan, kebencian dan balas dendam. Lawan-lawan yang nyata dalam pilkada kemarinpun tak perlu dimusuhi terus, rangkul mereka untuk bersama membangun Provinsi baru ini. Mana-mana Visi dan Misi serta Program dari Kandidat yang kalah yang patut dan bagus di adopsi, adopsilah tanpa perlu merasa malu.

Kepada sdr.Hudarni Rani, yang tanggal 22 April nanti akan menyerahkan jabatan Gubernur kepada sdr.Eko Maulana Ali, saya serukan untuk juga berjiwa besar. Hilangkan kemarahan karena merasa dicurangi atau apapun yang menyebabkan kekalahan anda. Anggaplah itu suatu kehendak Tuhan untuk diambil hikmahnya, karena tidak selamanya yang kita benci itu buruk bagi kita, boleh jadi ada baiknya, demikian pula tak selamanya apa yang kita sukai itu baik bagi kita, boleh jadi banyak keburukan di dalamnya. Iklan anda di media cetak lalu sungguh mengharukan ketika anda menyerukan kepada semua anak negeri untuk menerima dan mendukung Gubernur yang baru. Dalam upacara pelantikan Gubernur baru nanti InsyaAllah tanggal 22 April, berdirilah dibelakang Menteri Dalam Negeri sebagai orang kedua yang memberikan ucapan selamat kepada pengganti anda. Bagaimanapun anda adalah Gubernur Pertama Negeri ini, anda telah meletakkan dasar-dasar sistem dan gagasan yang cukup kuat, infrastruktur yang memadai serta pembangunan ekonomi yang menempatkan posisi Provinsi ini dalam “jajaran tengah” Provinsi-Provinsi di Indonesia dalam bidang human development index.
Kepada semua warga masyarakat Provinsi Kepulauan ini, khususnya teman-teman dari Partai politik yang ikut mendukung Eko Maulana Ali, saya serukan untuk tidak menggerogoti dan meminta pembagian rejeki karena semua kita tentu berharap Gubernur baru nanti berkonsentrasi untuk membangun masyarakat seluruhnya, bukan hanya masyarakat yang kemarin memilihnya saja. Demikian pula bagi masyarakat dan partai-partai yang kemarin menjadi oposan dalam pilkada, berilah kesempatan kepada Gubernur baru untuk membuktikan kepiawaiannya memimpin negeri ini, mengaplikasi janji-janji kampanyenya dalam program yang nyata untuk kepentingan bersama.

Semoga Tuhan mengampuni kita dan memberikan keberkahan bagi Provinsi ini. Amin
Jakarta 26 Pebruari 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar